transjabar_Bogor- 4 orang guru SMK-PP Negeri Saree merupakan bagian 124 peserta dari 31 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian se-Indonesia mengikuti pelatihan dan studi banding tentang technopark ke ( IPB) Institut Pertanian Bogor
Peserta berasal dari 24 provinsi yang terdiri dari provinsi Aceh, Bali, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Papua, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
SMK pertanian dari Propinsi Aceh diwakili oleh SMK-PP Negeri Saree dan SMKN 2 Aceh Tengah. Peserta yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan para pengelola technopark ini bergerak di bidang agribisnis dan agroteknologi. Dimana SMK-PP Negeri Saree langsung dihadiri oleh Muhammad Amin, SP, MP selaku Kepsek dan 3 orang pengelola Technopark yaitu Rusdi, SP,MP, Azhar, SP, dan Candra Romaiyana, S.TP.
Rombongan disambut oleh Wakil Rektor IPB Bidang Inovasi, Bisnis, dan Kewirausahaan, Prof. Dr. Erika B Laconi di Audit Sumardi Sastrakusumah, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Kampus IPB Dramaga Bogor.
Dalam sambutannya Prof. Erika mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan hasil dari kerjasama IPB dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan mutu pendidikan dan kewirausahaan berbasis potensi daerah.
Menurutnya kegiatan ini merupakan salah satu cara mewujudkan lulusan yang siap bekerja yang memiliki kompetensi di bidang agribisnis dan agroteknologi.
Oleh karena itu para guru yang mengelola sains technopark di SMK perlu dilatih. Kegiatan ini merupakan kontribusi perguruan tinggi dalam pembinaan program SMK.
“Saya yakin jika guru menguasai apa yang diberikan hari ini maka akan mentransfer ke anak-anak didik dengan baik. Atas nama IPB saya ucapkan terima kasih,” ujarnya.
Harapannya SMK dan IPB menjadi agen perubahan di lapangan. Peserta yang hadir saat ini akan menjadi virus kebaikan di daerah masing masing. Prof. Erika berharap program seperti ini akan terus berlanjut.
“IPB memiliki banyak inovasi yang dapat diimplementasikan di daerah yang potensi wilayahnya sesuai. Contohnya daerah Jambi dan Riau yang memiliki potensi kelapa sawit. Salah satu tenant inkubasi IPB adalah produksi helm dari tandan kelapa sawit,” ujarnya.
Menurutnya IPB sangat peduli terhadap program pendidikan di SMK terutama bidang pertanian, agribisnis dan agroteknologi. Tujuannya agar siswa semakin cinta terhadap pertanian.
Sementara itu, Kepala Seksi Penilaian pada Subdit Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMK, Kemendikbud RI, Dr. Junus Simangunsong, S.Si, MT menyampaikan bahwa technopark tahun ini baru pertama kali dikembangkan di SMK. Tujuannya untuk pengembangan kompetensi lulusan.
Dalam kegiatan ini para peserta dilatih banyak hal oleh dosen atau pakar terkait bidang agribisnis dan agroteknologi IPB, mulai dari pembentukan kelembagaan technopark SMK, penyusunan profil technopark, penyusunan action plan technopark, penyusunan model bisnis, teknik pendampingan tenant technopark, inovasi produk, penyusunan SOP technopark SMK hingga berkunjung ke Pusat Inkubator Bisnis IPB.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari hingga tanggal 13 Juli 2018.
“Kami akan memberikan pemahaman lebih mendalam dan memberikan pengetahuan serta keterampilan mulai dari menyusun, merencanakan hingga evaluasi program technopark di SMK. Peserta akan diajari tentang konsepsi dan pengembangan technopark SMK bidang pertanian, pemahaman tentang inovasi di bidang pertanian serta pemahaman dan keterampilan dalam menginkubasi tenant. Harapannya, peserta mendapatkan bekal dan punya bahan untuk sosialisasi saat melaksanakan program technopark di SMK,” ujar Ketua Panitia Pelatihan, Dr. Ahmad Yani, S.TP, MSi. (Sutarno)