transjabar _ BANDUNG – Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali melakukan manuver politik. Kali ini, sikapnya bersama DPD Golkar Jabar yang memilih fokus menghadapi Pileg dibanding Pilpres 2019. Menurut Dedi, sikap tersebut diambil setelah melalui berbagai pertimbangan strategis.
Partai berlambang pohon beringin tersebut dituntut untuk berbenah. Pasalnya, penurunan elektabiitas terus terjadi selama medio Juli sampai September 2018. Berdasarkan analisis internal Golkar Jabar, larut dalam isu pilpres menjadi salah satu faktor penyebab penurunan tingkat keterpilihan itu.
Sementara berdasarkan rilis survei LSI dan Alvara, elektabilitas partai besutan Airlangga Hartarto itu tergerus isu korupsi. Tak tanggung-tanggung, pentolan Partai Golkar seperti Setya Novanto dan Idrus Marham berurusan dengan lembaga anti rasuah, Komisi Pemberantasan Korupsi.
“Partai Golkar tidak boleh kecolongan. Elektabilitas partai berdasarkan hasil survei terus mengalami penurunan. Saya kira itu merupakan alarm bagi partai untuk terus berkreativitas menjaring konstituen sebanyak-banyaknya. Ini kita lakukan,” kata Dedi dalam sebuah diskusi di Kantor DPD Golkar Jabar. Tepatnya di Jalan Maskumambang, Kota Bandung, Selasa (18/9/2018).
Para begawan Partai Golkar turut menjadi pembicara dalam kegiatan diskusi tersebut. Mereka adalah dua mantan ketua umum yang sukses menyelamatkan partai dari badai politik saat menjabat. Yakni, Abu Rizal Bakrie dan Akbar Tandjung.
Selain itu, Ketua Umum Airlangga dan Sekretaris Jenderal Lodewijk Freidrich Paulus juga turut hadir. Pengamat Politik dari Poltracking Hanta Yuda menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut dengan dimoderatori Akademisi Effendi Ghazali.
Secara organisasi, Partai Golkar Jabar memutuskan untuk memberikan prioritas utama menuju Pileg 2019. Harkat dan martabat Golkar menurut Dedi Mulyadi sangat ditentukan oleh perolehan suara legislatif. Karena itu, pihaknya akan mengkonsolidasikan seluruh kekuatan partai untuk pileg.
“Momennya sama, 17 April 2019 ada pilpres dan ada pileg. Golkar Jabar memfokuskan diri untuk kemenangan Partai Golkar di pileg tahun depan,” katanya.
Mantan Bupati Purwakarta tersebut berpendapat, ‘langkah kuda’ ini diambil sebagai solusi bagi penyelamatan partai. Menurut dia, posisi tawar partai di hadapan rakyat maupun konstelasi politik elit harus tetap terjaga. Kemenangan Pileg 2019 menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar.
“Seluruh stakeholder partai siap berkeliling ke berbagai daerah, masuk ke setiap daerah pemilihan. Kita melakukan ini dalam rangka penguatan Partai Golkar,” ujar Dedi.
Lumbung Suara Nasional
Eksistensi Dedi Mulyadi sebagai ketua partai di daerah yang menjadi lumbung suara nasional menjadi taruhan. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah DPT terbesar di Indonesia yakni lebih dari 31 Juta calon pemilih.
Atas hal tersebut, Dedi menggelorakan spirit Golkar kembali ke akar. Tagline ini dibuat mengingat selama ini Golkar ditopang jaringan yang mengakar dari pusat sampai daerah. Bahkan, unit terkecil setingkat Rukun Tetangga pun pasti dihuni kader partai tersebut.
“Jawa Barat selalu menjadi lumbung suara nasional. Tak terkecuali bagi Golkar, bahkan ini benteng bagi eksistensi Golkar di tingkat nasional,” ucap dia.
Target kemenangan Partai Golkar di Pileg 2019 pun sudah ditetapkan. Menurut Dedi, 20% suara harus diraih untuk menguasai kursi parlemen di Jawa Barat. Pakta integritas menjadi pedoman setiap kader terpilih untuk bekerja bagi kesejahteraan masyarakat.
“Realistisnya 20%, kader terpilih gak boleh sekedar duduk-duduk. Mereka harus bekerja sesuai dengan pakta integritas, kalau melanggar harus siap menghadapi PAW,” katanya. (ctr).