TRANSJABAR_ TASIKMALAYA – Lepas dari jabatan Bupati Purwakarta tidak menjadikan Dedi Mulyadi berhenti melakukan kegiatan sosial. Bahkan, kekalahannya di Pilgub Jawa Barat semakin membuat pria yang lekat dengan iket Sunda itu getol menyapa warga.
Tujuannya, selain mendengarkan keluhan, berbagai macam permasalahan ditindak lanjuti saat itu juga. Masalah sosial yang kerap ditangani Dedi adalah pembangunan rumah tidak layak huni.
Akhir pekan lalu dimanfaatkan Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu untuk membangun dua rumah tidak layak huni. Jaraknya keduanya cukup jauh. Satu rumah milik Mak Jua (97), terletak di Desa Lengkong Jaya, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya.
Sementara satu lagi berlokasi di Desa Tanjung Mekar, Kecamatan Pakis Jaya, Kabupaten Karawang. Masing-masing rumah tersebut sudah dirobohkan pada Sabtu (28/7/2018) dan Minggu (29/7/2018). Kedua rumah itu kini sedang dalam proses pembangunan agar layak huni.
Terkait kebiasannya tersebut, Dedi mengatakan bahwa itu merupakan komitmen kekaryaan untuk rakyat kecil. Meski diakuinya, sebagian orang masih melontarkan tuduhan pencitraan. Akan tetapi, dirinya memilih untuk tidak menghiraukan tuduhan tersebut dan terus memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Saya sejak kecil sudah dididik ayah saya untuk berempati kepada sesama. Hari ini saya mengamalkan itu. Sebenarnya value-nya itu saja,” kata Dedi di kediamannya. Tepatnya, di Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Senin (30/7/2018).
Daging Ayam dan Kayu Bakar
Sebagian kisah haru masah kecilnya diceritakan Budayawan Jawa Barat itu. Dia mengatakan saat kecil selalu diminta sang ayah menyisihkan daging ayam untuk tetangga yatimnya. Padahal, daging tersebut belum cukup untuk makan seluruh anggota keluarga.
Bahkan, makanan berprotein hewani itu hanya dinikmati keluarganya sebulan sekali. Kondisi ini tidak terlepas dari faktor ekonomi sang ayah yang hanya pensiunan prajurit.
“Nama teman saya Herman. Setiap kami memasak daging, ayah saya selalu meminta saya untuk mengantarkan dagingnya ke rumah Herman. Padahal, itu daging hanya kami nikmati sebulan sekali,” tuturnya.
Dedi juga menyampaikan kisah Mang Anta. Dia merupakan penjual kayu bakar di kampungnya. Mayoritas warga di daerah tempat tinggal Dedi Mulyadi saat itu memang pengguna kayu bakar.
“Kayu bakar Mang Anta jarang laku. Orang kampung kan biasanya cari kayu bakar sendiri. Nah, beliau biasanya jelang maghrib itu mampir ke rumah menawarkan kayu bakar. Kami menukarnya itu dengan beras,” katanya.
Nilai kepedulian itu Dedi bawa ke Purwakarta. Saat kuliah sampai menjadi Anggota DPRD dan Wakil Bupati Purwakarta, dia memiliki beberapa anak yatim. Biaya sekolah anak-anak tersebut dia tanggung dari hasil berjualan gorengan saat kuliah dan berjualan beras ketika lulus.
“Nah saat jadi Bupati Purwakarta itu saya terjemahkan semuanya ke dalam kebijakan. Jadi, Negara hadir memberikan solusi kepada mereka yang kurang mampu kehidupan ekonominya,” ucapnya.
Kebiasaan itu terus berlanjut sampai sekarang. Dedi mengaku tidak tega saat melihat rumah tidak layak huni di Jawa Barat. Dana dari usaha pertanian dan peternakan miliknya dia sisihkan untuk membangun rumah-rumah itu.
“Banyak juga teman-teman yang bantu. Ada saja orang bilang, eh ini saya ikutan ya,” katanya. (ctr).