transjabar_ PURWAKARTA – DPD Partai Golkar Jawa Barat memiliki cetak biru pembangunan di Jabar untuk semua bidang. Secara institusi, Golkar Jabar membuka ruang diskusi atas penggunaan cetak biru ini. Aspek konkret cetak biru ini sangat dibutuhkan oleh para pengambil kebijakan.
Hal itu disampaikan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi di kediamannya. Tepatnya, di Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Kamis (19/7/2018).
“Kami persilakan digunakan oleh berbagai jenjang pemerintahan. Ini sumbangsih Golkar Jabar demi kesinambungan pembangunan di Jawa Barat. Kami mengkoordinir beberapa teman dibawah saya langsung, muncullah cetak biru ini,” katanya.
Mantan Bupati Purwakarta itu menjelaskan bahwa sebuah daerah dapat berkembang dengan baik saat basis teritorial daerah itu dimaksimalkan. Dia membagi Jawa Barat menjadi tiga wilayah utama, Selatan, Tengah dan Utara.
Selain itu, aspek budaya, religi dan antropologi menjadi dasar sebuah kebijakan saat akan digulirkan. Pertimbangan ini muncul demi kondusifitas kearifan lokal daerah setempat.
Untuk Jabar Selatan, konsentrasi terhadap sektor pertanian dan perikanan harus dilakukan. Kondisi tanah dan iklim yang sangat mendukung dapat menjadikan dua sektor itu unggul di Jawa Barat. Wilayah pesisir Jabar Selatan juga cocok untuk pengembangan pariwisata.
“Jabar Selatan selama ini kurang diperhatikan. Kalau ingin ekonomi riil tumbuh di sana, maka sektor pertanian dan perikanan harus menjadi unggulan. Dua sektor ini ditopang dengan maksimalisasi potensi wisata di pesisir Jabar Selatan,” ujarnya.
Sektor pariwisata juga potensial berkembang di kawasan Jabar Tengah. Efeknya, tumbuh industri UMKM sampai wisata kuliner di wilayah tersebut. Buktinya, sejak menjadi destinasi wisata, Purwakarta juga mengalami peningkatan omset produk kuliner seperti sate maranggi.
“Produk kearifan masyarakat setempat bisa diperkenalkan. Selain memiliki nilai ekonomi, ini juga penting dalam rangka pewarisan nilai-nilai untuk generasi muda. Anak-anak muda tidak boleh lupa pada kearifan daerahnya sendiri,” tuturnya.
Sementara itu, wilayah Jabar Utara dapat fokus mengembangkan sektor industri. Sebagai sosok peduli lingkungan, Dedi memberikan catatan. Setiap daerah yang dibuka untuk kawasan industri tidak boleh ada potensi kerusakan lingkungan di dalamnya. Analisis mengenai dampak lingkungan menjadi penting.
“Faktor perusak lingkungan akibat dari sebuah kawasan industri harus diminimalisir bahkan dihilangkan. Sifatnya harus konkret tidak bisa sekedar wacana,” katanya.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Menurut Dedi, cetak biru yang digagas oleh partai berlambang pohon beringin ini juga memperhatikan kebutuhan dasar rakyat. Sektor kesehatan, pendidikan dan religi sampai penciptaan lapangan kerja turut menjadi sorotan.
“Pola kerja dokter harus diubah, tidak boleh didatangi pasien. Tetapi, dokter harus mendatangi pasien di rumah. Purwakarta sudah berhasil mengembangkan ini. Alhamdulillah, publik merasa terlayani,” ucapnya.
Pendalaman kitab agama menjadi jurus andalan pengembangan kehidupan religi. Ditambah, pembelajaran kitab kuning di sekolah dikhususkan bagi pelajar muslim. Bahkan, tersedia program satu desa satu hafidz Alquran.
“Saya dengar Pak Gubernur terpilih juga ingin ada satu desa satu hafidz. Kemarin saat kampanye Pilgub saya mensosialisasikan program ini ke pesantren-pesantren. Alhamdulillah, kenapa tidak, kalau untuk kemaslahatan warga Jabar,” katanya.
Pengembangan satu desa satu hafidz Alquran dalam persfektif Dedi harus berkesinambungan dengan peningkatan strata pendidikan formal. Para hafidz dan pelajar yang berasal dari keluarga pra sejahtera harus mengenyam pendidikan sampai S1 dan S2.
“Fokus pendidikan sampai SMA itu pendidikan berkarakter. Kemudian berlanjut bagi anak-anak yang memiliki prestasi dan berasal dari keluarga pra sejahtera dibantu pemerintah. Output-nya, generasi Jawa Barat mendatang memiliki integritas, kredibilitas dan kemampuan intelektual yang mumpuni,” tuturnya. (ctr).