transjabar_ PURWAKARTA – Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi menyebut Idul Adha sebagai momentum untuk menyembelih hawa nafsu anak. Menurut dia, ikhtiar menuju hal tersebut harus konsisten dilaksanakan para orang tua.
Hal tersebut ditegaskan Dedi saat usai melaksanakan Shalat Idul Adha di Masjid Taufiqul Amal. Tepatnya, di Desa Wanci, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Rabu (22/8/2018).
“Umat manusia pada umumnya harus meneladani nilai dalam Idul Qurban. Nabi Ibrahim meminta kerelaan Ismail untuk disembelih. Itu simbol agar para orang tua menyembelih hawa nafsu anaknya,” katanya.
Nilai-nilai moral menurut Dedi sangat penting ditanamkan sejak dini. Langkah ini dalam rangka mencegah sikap brutal dan amoral dari anak-anak.
“Tren yang hari ini berkembang, anak-anak inginnya pasti beli motor, beli gadget dan barang konsumtif lain. Kondisinya itu belum sesuai dengan usia mereka. Kalau dibiarkan ini negatif untuk tumbuh kembang anak. Mereka bisa menjadi generasi konsumer,” ujarnya.
Kader Nahdlatul Ulama tersebut juga mengimbau para orang tua agar proporsional dalam bersikap. Kata dia, keinginan anak harus diwujudkan dengan catatan memperhatikan takaran. Ekonomi keluarga dia tegaskan harus menjadi pertimbangan.
“Kalau dibiarkan, ini akan merusak tatanan ekonomi sebuah komunitas. Karena itu, takaran dan banyak pertimbangan harus diterapkan. Jangan sampai ada orang tua yang menjual aset demi pemenuhan keinginan anak. Generasi masa depan tidak akan produktif kalau begitu,” ucapnya.
Hewan Qurban Hasil Ternak Pribadi
Dalam kesempatan itu, mantan Bupati Purwakarta tersebut menyerahkan hewan qurban berupa seekor sapi. Hewan tersebut merupakan hasil dari peternakan pribadinya. Selain itu, dia membawa makanan khas Purwakarta, sate maranggi untuk dinikmati jemaah usai Shalat Idul Adha.
“Nah, sebelum sapinya disembelih, kita makan sate maranggi dulu. Biar nanti daging sapinya diantar langsung panitia ke rumah warga yang membutuhkan. Jadi, warga tidak perlu antre dan berdesakan,” katanya.
Warga sekitar tampak antusias menikmati penganan lokal ber-brand internasional itu. Untuk diketahui, sate maranggi khas Purwakarta berbahan dasar daging sapi atau kambing. Selain dijual di warung makan, makanan tersebut kini bisa ditemui di hotel-hotel berbintang.
“Ini asli produk peternakan. Kalau diolah, nilai ekonominya bisa berlipat-lipat,” ujar Dedi usai makan sate maranggi. (ctr).